Mengikhlaskan Kehilangan (Bawang)

 Cerita 15 Maret 2022


Bawang dan Ikhlas


Senja sudah sampai, tapi aku dan Ichaa masih diperjalanan menuju pasar untuk membeli bahan untuk membuat cemilan dari snack goriorio yang digulung dengan kulit lumpia sekaligus membeli sayur untuk makan malam, tidak lupa kami juga membeli minyak walaupun harganya sedang naik tapi karena persediaan disekret habis jadi ya mau tidak mau harus beli, tenaang uang yang kami pakai juga hasil iuran dari kami yang ada disekre..


Setelah selesai membeli bahan kamipun kembali kesekret dan mengeksekusi bahan yang sudah ada, sementara beberapa dari kami membuat cemilan coklat itu, aku dengan Halidah memasak sayur untuk makan malam. Sembari menunggu sayur matang, cemilannyapun ikutan matang beberapa dan kami menikmatinya bersama sama walaupun kami waspada kalau kalau kami memakan cemilan yang sengaja diisi tempe dan potongan kacang panjang oleh Yamin, yaa saking usilnya mereka ini...


Cemilan matang, sayur juga matang lanjut memasak lauk, karena masih ada persediaan sarden jadi kami memasaknya dan rencanaku mau menambahkan bawang agar rasanya lebih sedap uyee.


Sumber : google

Daan yang terjadi aku tidak menemukan bawang merah beserta cabe yang sebelumnya kugunakan untuk memasak sayur, aku sangat ingat bawang itu masih tersisa didalam plastik kecil dan kuletakkan dilantai dekat aku menaruh pisau, tapi entah bagaimana saat itu malah menghilang, mereka semua yang ada didekat dapur ikut membantuku mencarinya bahkan sampai meng ubek ubek tempat sampah, namun nihil bawang itu tetap tidak kami temukan. 


Sampai Rahma berceloteh, "sudah ka.. ikhlaskan aja bawangnya, nanti digantikan dengan yang lebih banyak" saat itu aku belum mau menyerah, kukatakan kepada mereka "aku gak bisa kalau belum nemu, aku penasaran.." 


Aku bolak balik dari dapur kemudian masuk kedalam sekret dan sampai membuka kulkas dua kali tapi tetap nihil.


Dengan perasaan kecewa akupun kembali lagi kedapur untuk melanjutkan memasak sarden dan juga telur dadar. Sesekali Dani mengusiliku dengan mengatakan "Ka..kok masaknya gak pakai bawang?" dan wajahku kembali masam.


Satu hari itu, moodku benar benar baik sampai akhirnya bertemu malam dan tragedi hilang bawang ini agak membuatku kesal.


Tapi seperti yang dikatakan Rahma tadi,


 sudah, ikhlaskan. 


Akupun menyadari segala sesuatu entah barang bahkan seseorang yang kita kira akan terus bersama kita, bisa saja tiba tiba pergi bahkan saat kita belum siap dan masih benar-benar membutuhkannya. 


Ada fase dimana kita tidak bisa menerima keadaan dan denial sama perasaan sendiri. Pada fase penolakan tersebut, kita hanya belum menemukan rasa yakin bahwa dibalik kehilangan ini pasti ada sesuatu hal baik yang mau disampaikan Tuhan kepada kita dan kita hanya belum jujur dengan perasaan tidak enak. Daripada berpura-pura baik-baik saja saat kecewa lebih baik kita mengakui, minimal kediri sendiri bahwa kita tidak papa untuk tidak baik baik saja.


Saat kehilangan itu tiba, perasaan sedih, kesal dan layaknya perasaan ditinggalkan lainnya akan kita alami, mau tidak mau kita harus menerimanya dan kita harus ikhlas juga kan?


Digantikan dengan yang lebih baik? Kita semua selalu berharap kebaikan menyertai. Dari hilangnya bawang ini Aku juga belajar sesuatu akan datang dan pergi tapi kita harus tetap melanjutkan cerita kita dan hidup kita. Aku tidak bisa terus diam dan meratapi kehilangan itu, tapi setidaknya aku memberi ruang untuk diriku menerima dan mengatakan serta mengakui bahwa Aku sedih, kecewa dan merasa ditinggalkan yang penting setelah itu semangat lagi karena ada banyak hal yang harus kita selesaikan dan kita lanjutkan ceritanya.

Usai mengeluarkan kata kata bijak itu didalam hati, akupun agak menghela napas dan kembali tersenyum, Aku melanjutkan memasak lauk tanpa bawang, jadi tidak papa tanpa bawang laukpun masih bisa dimasak dan dinikmati bersama.

19.45

Malam Nisyfu Sa'ban 


Ada cerita apa lagi besok?


Sampai jumpa dicatatan Uswa selanjutnyaa...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Us Apa Kabar?

Kehidupan Menginjak Dewasa

Nasgor Cendana.