Kami Berdamai.
Akhir Maret
Bulan Maret 2022 telah berakhir, sudah setahun sejak aku mengenalmu secara berbeda. Iya..setahun, bukanlah waktu yang sebentar bagiku segala cerita dari Maret 2021 menyimpan banyak kenangan yang bahkan jika aku bisa, aku ingin menghapusnya
Tapi
Dari setahun itu banyak pula Aku belajar tentang menghadapi suka dan luka.
Masih jelas diingatan, akhir maret 2021 lalu Aku mulai mempertanyakan perasaanku sendiri, mengapa begini dan ada apa ini? Aku bingung dan belum siap menerima jika itu adalah bentuk kasih sayang yang bernama cinta.
Bulan berikutnya berjalan, April. Dia memberi momen baru yang tak pernah kudapatkan sebelumnya, perkataan yang terdengar indah ditelinga. Aku tersenyum dan tersipu malu, hingga sosok terdekatnya menampilkan wajah bingung akan sikapnya.
Lalu, Mei datang. Kata orang dengan ciri selalu ikut apa bagaimana orang lain memberi pernyataan kepada Kita entah mengkhususkan kepadaku atau kepada Kamu. Perlakuan yang kudapatkan tidak seharusnya Kamu berikan, rasa kasihan menjadi dasar, Aku menuli dengan perkataannya, aku terlanjur nyaman dengan rasa semu yang kudapatkan.
Hujan Bulan Juni, menjadi tanda sedih serta keraguan yang datang, sikapnya sama namun seperti begitu memanfaatkan, bahkan firasat sadar bukan Aku tokoh utama, atau sebenarnya aku telah disingkirkan tokoh baru ketika sebelumya aku berkecamuk dengan pikiran merasa bersaing dengan tokoh masa lalu. Firasat Juni benar, aku benar, semesta yang terlalu mendukung atau aku yang kurang mendukung?
Juli, ini menyakitkan. Aku berpura-pura bahagia atas hadirnya, aku memasang topeng terlalu banyak atau dia yang memang tidak bisa menghargai perasaanku. Juli tidak bohong tapi aku terus menampiknya. Sedih tanpa tangis, bahagia dengan tawa palsu. Juli ku menakutkan, aku kelimpungan menerka perasaan sendiri. Akhir Juli datang, aku semakin menumbuhkan benci. Sikapnya membuatku lemah, aku ingin mundur tapi tak berani.
Agustus aku tidak merdeka, mereka jahat atau aku berekspektasi terlalu tinggi. Segala sikap orang baru menjadi istimewa dibanding orang lama yang telah dipercayanya. Agustusku masih menyakitkan dengan sebagian kepalsuan. Senter yang menyorotkan cahaya, hanya sebagai penerang untuk melihat sebagian keindahan sosok asing namun terlanjur menetap dihalte persinggahan.
September. Dia selalu dimaklumi, mereka selalu bisa berstrategi dengan lihai membawa sikap yang seolah bisa menjadi pemenang. Dia tak mau kalah, mereka berencana. Aku takut dan aku ingin diam tapi dipaksa bicara, aku ingin bicara namun dibungkam keadaan.
Oktober, tanda itu, awal dari berakhirnya perasaanku, aku ingin pergi dari tempat itu, mereka berubah atau aku yang tidak siap menerima perubahan. Oktober, aku kalut namun aku diam, aku harus baik-baik saja dengan cara sendiri, aku tak perlu pengertian karena memang tak diberi kesempatan.
November, rencana baru, aku mengubah sudut pandangku. Jangan lagi jatuh ke lubang yang sama, rasanya menyakitkan mengingat yang lalu, tapi Aku sudah berniat memaafkan diriku sendiri yang sempat gagal dihalangi harapan.
Desember datang bersamaan harapan baru untuk penutupan catatan bulan bulan yang telaj lalu.
Januari baru datang, aku siap dengan perubahan. Banyak rencanaku harus kuwujudkan.
Februari, banyak hal baru kudapatkan, rasa takut, gugup, khawatir, lelah, bahagia semua campur aduk bahkan rasa yang hilang belakangan yaitu rasa sedih dan bahagia sebenarnya dapat kurasakan kembali.
Bukankah dari tulisan itu 2021 ku tak menyenangkan? Tapi jika ditanya aku ingin kembali ke 2020 atau menghilangkan 2021, jawabannya 'Tidak' Aku belajar menerima, Aku memafkan diriku sendiri. Aku menyadari tidak semua hal harus sesuai yang aku mau, Aku tersenyum, akan datang nanti waktu dimana aku menertawakan sakit yang telah lalu. Karena ini semua bukan soal tahun maupun bulan, ini tentang berproses dan iya.. aku mensyukuri proses itu. Tidak ada salahnya melepaskan hal yang tidak seharusnya kugenggam. Aku lega. Akhir maret ini menjadi titik awal aku memulai lagi, dimulai dari....
Mencintai diri sendiri
Karena penggambaran Dia adalah diriku dan Aku adalah Aku namun setahun belakangan AKU dengan diriku sendiri tidak sejalan.
Aku merangkul kembali, mengumpulkan kembali puing-puing ketenangan yang sempat berserakan karena pertengkaranku dengan diriku sendiri.
Maafkan Aku. Kita berbaikan.
04.24 Banjarmasin

Komentar
Posting Komentar