Membersamai perjuangan
Sulit menumbuhkan kepercayaan pada diri sendiri tapi mudah bagi saya menempatkan kepercayaan pada orang lain.
Beberapa bulan bahkan tahun belakangan saya mengalami krisis percaya diri yang mendalam, saya merasa tidak punya alasan untuk menjadi berguna bagi orang lain. Setiap saya mendapatkan satu kepercayaan rasanya memang saya gambarkan menjadi beban namun disatu sisi lain menjadi suatu kebanggaan.
"Aku percaya kau bisa"
Kata singkat namun berefek luar biasa pada saya, ketika ada orang percaya saya bisa melakukan hal yang bahkan tidak saya yakini saya bisa, rasanya saya merasa tertantang, namun juga merasa ketakutan atas apa yang saya kerjakan hanya sebagai tindakan memenuhi ekspektasi orang lain. Saya ragu tak beralasan, saya sadar hanya menumpuk ketakutan didalam diri saya semakin menjadi.
Tapi saya juga membenci keadaan dimana orang lain tidak mempercayai saya untuk membersamai sebuah perjuangan, dengan mengatakan agar saya hanya menunggu dan orang lain mengeksekusi ide yang ada. Saya memang terkesan orang yang senang didorong baru mau bergerak, sulit bagi saya meyakinkan diri saya sendiri bahwa saya bisa melakukan sesuatu. Namun ketika orang lain membiarkan saya menempati posisi dimana tinggal merasakan hasilnya, justru disana saya mulai berpikir...
Sebegitu tidak berartinya kah kehadiran saya?
Apakah tidak berguna keberadaan saya?
Pertanyaan-pertanyaan serupa muncul dibenak saya tanpa bisa saya jawab.
Hingga akhirnya saya sampai pada titik mengenali diri saya. Saya jauh lebih berani bertindak saat saya bisa menghalau ketakutan saya. Saya hanya perlu rela menceburkan diri saya pada kecerobohan dan kesalahan lain hanya untuk mendapatkan keberanian memulai.
Sulit bagi saya menumbuhkan keberanian ketika saya sudah hidup bertahun tahun dengan keadaan seringkali ide saya terbunuh hanya karena ketakutan dan praduga tak beralasan serta lingkungan sosial yang tidak mendukung.
Takut dikritik, takut salah, takut menyakiti orang lain, takut memulai.
Saya memang picik.
Satu kepercayaan yang saya dapat saya pegang erat seolah empat balon yang tersisa di mana suatu saat juga bisa pecah.
Sebenarnya hanya ada satu harapan saat saya menulis ini yaitu ada orang yang mau mempercayai bahwa saya bisa.
Izinkan saya ikut dalam sebuah proses, berikan saya kesempatan dan saya akan lakukan walau tertatih sekalipun.
Setelah membaca tulisan ini, hak kalian kecewa pada saya, hak kalian membenci saya tapi satu jika kalian ingin manusia ini lebih baik berikan saran dan kritik yang membangun.
Catatan bersama teman bercakap.
Komentar
Posting Komentar