Makanan penuh berkah


Ada yang tau nama makanan diatas??
Kalau didaerahku Kota Kandangan biasa disebut Gayam atau Hintalu (re: telur) Karuang, Aku juga kurang tau asal usul nya kenapa disebut begitu, mungkin karena bentuknya yang mirip telur.

Waktu itu saat sore hari seperti biasa Aku dan Ibuku memasak untuk menu berbuka dan hari itu ibu ku ingin menambah menu berbeda untuk takjil hari ini yaitu masak Hintalu karuang, sambil menggiling tepung membentuk bulatan Ibuku bercerita sejarah dari makanan ini, tiba tiba aku teringat dengan salah satu teman yang pernah bertanya tentang makanan dengan tema pantangan dan kebiasaan, yaa dia saat itu tengah menyelesaikan tugas mata kuliah antropologi kuliner, aku dan dia berpikir keras makanan apa yang cocok dimasukkan sebagai kategori makanan yang memiliki pantangan dan kebiasaan, sampai akhirnya kami sama sama menyerah dan kemudian entahlah dia mengambil menu apa untuk memenuhi tugas tersebut.

Hari ini ibu bercerita pada masa dulu hintalu karuang ini dimasak untuk memperingati haul atau 100 hari orang meninggal, makanan ini selalu tersaji pada acara seperti ini, dalam pembuatannya tepung ketan diaduk bersama air hingga kalis, setelah adonan kalis dibentuk bulat bulat kecil seperti foto diatas, nah pada saat setiap satu penggilingan, orang yang menggilingnya membaca shalawat. 
Pengerjaan pembuatan makanan tersebut dilaksanakan secara gotong royong, jadi kebayang gak tuh berapa puluh bola kecil didapat maka semakin banyak pula shalawat yang dibacakan, berkah yang membuat dan berkah bagi yang memakan. Aamiin.

Tapi kata ibuku itu cerita dulu... sebelum benda persegi yang layarnya bisa disentuh hadir kedunia ini.

Kalau keadaan sekarang sudah berbeda, dalam pembuatannya hanya sekedar untuk menyelesaikan, bahkan sekarang saat membuatnya berasa lebih asyik saat diselingi obrolan dan lebih lebih akhirnya berujung kumpulan gosip wkwk. Obrolan menjadi jadi, saat membuat makanan ini seperti contohnya ya aku dan ibuku sekarang kami malah asyik ngobrol menceritakan sejarah yang sebenarnya tidak ada sumber yang jelas memang, tapi sesuatu yang mulai mengabur biasanya mencuat lagi kepermukaan setelah diingatkan oleh orang yang sudah berumur. Ibuku mendapat cerita ini dari orang lain yang hidup dizamannya masih tradisional.

Penggilingan selesai, obrolan pun juga sudah beralih tema. Hasil penggilingan tersebut kemudian dimasak dengan santan dan gula merah dan kemudian bisa dinikmati eeiiittt nunggu bedug dulu deng.

Rabu, 6 Mei 2020


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Us Apa Kabar?

Kehidupan Menginjak Dewasa

Nasgor Cendana.