Bermain bersama.
Beberapa minggu ini aku sudah lama tidak mengunjungi 2 keponakanku dan kangen juga dengan kerandoman mereka, akhirnya sepulang dari tempat kerja aku berniat kerumah mereka, ehh hari hujan, berhubung hujan-hujanan itu menyenangkan jadi aku tetap berangkat kesana dengan menggunakan jas hujan, sesampainya disana aku langsung disambut dengan permintaan keponanakan laki lakiku seperti biasa, yaaa dia sering sekali minta bantuanku untuk gantikan sandi hp, bertanya soal reset akun, bahkan menanyakan soal game yang sedang hipe dikalangan bocil-bocil yaitu free fire yang bahkan sama sekali aku tidak mengerti,
Kemudian dia minta nomor whatsApp ku yang katanya hilang di hpnya padahal kemarin-kemarin masih sempat mengirim stiker tidak jelas buatannya itu, akhirnya kuberikan dan kuberi nama kontakku dengan "cicih keren banget" yaa secara akukan memang sekeren itu hahahah, dia menatapku dengan bombastic side eye nya dan merebut hpnya dari tanganku, haha dia tidak terima, diapun menggantinya dengan 'itik japun' yaa itu sebutan untuk bebek, entah pikiran apa yang membuatnya memilih nama itu, sambil tertawa puas dia menunjukkannya padaku, hemm sungguh mengesalkan.
Keponakanku yang perempuan malah ikut tertawa cekikikan disana. Sedangkan ibunya alias kakakku membiarkan saja, dia sudah terbiasa melihat kelakuan kami kalau sudah kumpul bertiga.
Setelah membantu menggantikan sandi hpnya aku membuat es coklat hahah iyaa benar benar es coklat sehabis aku hujan- hujanan tadi, karena ternyata memakai jas hujan membuatku kepanasan, tidak sampai situ, berhubung harinya hujan bukankah sangat cocok makan mie instan, akupun memasaknya, padahal akhir akhir ini aku juga sudah lama tidak makan mie instan, kalian ngerasa juga gak sih, mie instan tidak seenak dahulu, bahkan sekarang sering tidak habis memakannya, tapi entah kenapa kali ini aku menginginkannya.
Kata orang memang begitu, kita terkadang merindukan hal hal yang sudah lama tidak kita jumpai kan hiya hiyaa.
Oke lanjut,
Sambil aku menikmati mie, keponakanku yang perempuan mengajakku main tebak tebakkan, yaa mereka sangat suka main tebak-tebakan walau kadang mereka tidak terima aku bisa menjawabnya dan akhirnya mereka ganti sendiri jawabannya.
Contohnya
Cih, hewan apa yang kakinya satu??
Kujawab dengan penuh percaya diri, "ayam yang kakinya diangkat satu"
Aku menatap ekspresi keponakanku yang menahan senyumya membenarkan jawabanku dan aku tau dia mulai berpikir ganti jawaban dan benar saja dia langsung berkata "iih salah tauu" ya sudahlah biarkan saja wakkwkw.
Akhirnya kualihkan dengan main tebak tebakan soal angka agar sekalian belajar berhitung dan mengasah kemampuannya, mulia sekali aunty mu ini naak.
Aku memberikannya soal pengurangan dan dia ternyata bisa menjawabnya walau harus memandang lama jari-jari tangan dan kakinya yang masih kecil itu, karena dia saat ini masih duduk di jenjang TK-B.
Kemudian dia berkata "cih ayo yang lebih susah"
Kuberikan lah soal "sejuta ditambah dua juta berapaa hayoo?"
Eh dia malah jawab "aaah yang jangan terlalu susah ciih"
"Lah tadi katanya mau yang susah"
"Iyaa tapi jangan yang kesusahan" ucapnya dengan wajah kesal.
Ada ada saja memang wkwk, aku tertawa kecil melihat ekspresinya menghitung bilangan jutaan dengan memandangi jarinya yang cuma ada 20 itu hahahaha.
Akhirnya aku ganti soal dengan soal matematika versi cerita dan aku kagum dengannya ternyata dia mudah memahami jika memakai soal cerita, diumurnya yang sekarang imajinasi memang berkembang pesat diotaknya, mungkin karena itulah bisa mendukungnya dengan mudah menjawabnya yang bahkan dia jarang memandangi jari jarinya itu, karena dia mulai menghayalkan dengan imajinasinya untuk pemecahan masalah, waaaa daebak. Selain soal cerita menyenangkan, kami juga jadi lebih santai belajarnya karena sambil bercanda, tenang aja guys walaupun kadang cerita yang kurangkai absurd, keponakanku menerimanya kok.
"Suatu hari, malam begitu gelap dan ibu ketakutan, akhirnya ibu membeli 10 lilin dan menyalakannya, tapii ada angin mungil yang..."
"Meniupnya" ucapnya menambahkan ceritaku, ya nampak sekali cerita kami sefrekuensi.
"Yaa meniupnya lalu matilah apinya 3, berapa lilin yang masih menyalaa??"
"Tujuh cih, tujuh" jawabnya dengan cepat.
"Waaa benar sekaliiii" kamipun bertepuk tangan untuk mengapresiasi jawabannya, dia tersipu malu, terlihat raut bangga diwajahnya bisa menjawab pertanyaan dariku.
Padahal kalau kupikir pikir, ngapain yaa kalau ibu takut malah membeli lilin, berarti berani aja hahah, nah itulah beda kompleksnya pemikiran orang dewasa dengan anak-anak.
Adzan isya berkumandang, mataku juga sudah mulai mengantuk, yaa semenjak menetap dikota kelahiranku ini dan tidak merantau lagi, jam tidurku berangsur normal bahkan aku tidur terlalu cepat kadang, mudah sekali mengantuk kalau dirumah. Akhirnya aku memutuskan pulang dan berpamitan dengan mereka dan juga kakakku, aku ditawarkan menginap tapi aku menolaknya karena besok aku harus bekerja lagi, see u babay
Sabtu, 25 Mei 2024
06:48 Wita.

Komentar
Posting Komentar