Benda dan Kenangannya.
Sepulang dari kunjungan beliau aku membawa bungkusan kain itu kekamar dan memandanginya dengan seksama, memori masa lalu berputar dikepalaku, tentang alm mamaku yang sering minta potongkan bajunya karena kepanjangan atau terkadang minta dijahitkan simpul dibagian bawah baju olehku sendiri karena kata mama jahitanku rapi, ahh memori ini membuat aku mengeluarkan ekspresiku yang sedari tadi kutahan akhirnya kuekspresikan, perasaan sedih bercampur tawa mengingat masa dlu saat masih bersama mama, kami sering bertukar baju karena baju ibuku banyak yang muat kepadaku, semenjak ibu mengalami stroke berat badannya turun dan baju yang dipakai mama kebanyakan tidak jauh dengan ukuranku. Dulu mama senang kalau melihatku mencoba baju baju yang ada di lemari mama, masih teringat jelas aku dan mama memilih outfit untuk wisudaku dan kami memutuskan warna ungu gelap karena kataku itu sama dengan warna fakultasku, ibu tersenyum melihat aku memakainya lengkap dengan selempang dan gordon, aku bahkan masih ingat jelas bagaimana senyuman itu, hingga sebulan setelah itu mama menghembuskan nafas terakhirnya, mama tidak bisa hadir diwisudaku, aku tetap bisa tersenyum karena pencapaianku adalah atas usaha ibuku, tapi pada hari itu aku tidak jadi memakai baju warna ungu itu, karena mama juga tidak bisa memakainya.
Segala yang terjadi didunia pasti ada alasannya, kain yang datang setahun kemudian ini memberikan aku banyak pelajaran, kain itu tidak dapat diselesaikan karena mungkin mama memgantarnya beberapa hari sebelum beliau meninggal, jika saja tetanggaku mengantarkannya diwaktu yang masih dekat dengan hari mama pergi, pasti sedihku tak terbendung, tapi hari ini saat aku melihat kain itu aku syukurnya bisa berusaha baik baik saja, mungkin suatu hari kain yang tak terselesaikan ini akan kugunakan dan bermanfaat, aku juga yakin mama disana akan senang melihatku memakai kain ini, sepertinya kain ini ditakdirkan untuk aku memakainya entah untuk momen apa, suatu hari akan terjawab.
Ternyata barang menyimpan banyak kenangan, setelah mama meninggal barang barang mama banyak yang disumbangkan, tapi ada beberapa yang kami simpan sebagai kenangan, seperti jaket yang sering mama pakai kalau pergi kewarung membeli sesuatu, jaket itu digantung dengan hanger dikamar dan sampai saat ini tidak pernah dipindahkan, dikamarku juga ada bedak cair yang isinya masih penuh, mama bahkan belum banyak memakainya, aku menaruhnya di rak dan tidak akan membuangnya, tapi aku juga tidak berniat memakainya, hanya saja benda itu mengingatkanku dengan mama, setiap aku melihat benda benda itu mungkin rinduku tidak berkurang tapi cukup membuatku sedikit tersenyum.
Sebenarnya masih ada lagi benda yang masih kusimpan, bukan karena tidak ikhlas dengan kepergian mama, hanya ingin menyimpannya saja, yaa sebagai kenangan.
Semenjak mama pergi aku mulai menyadari banyak hal aku rindukan, seperti masakan mama bahkan selama diperantauan kadang aku ingin memasak masakan rumah, namun beberapa aku tidak tau resepnya dan aku refleks mengambil handphone ingin menelpon mama untuk menanyakan resep, hingga aku sadar mama sudah tidak ada, bukan hanya soal resep bahkan pertanyaan lain soal kehidupan ingin kutanyakan, refleks ini tidak sekali dua kulakukan dan setiap aku sadar dari refleks itu terkadang aku bengong atau ada air mata yang mulai menetes dipipiku. Ternyata kehilangan memberi efek hebat pada seseorang.
Kejadian lain adalah saat aku ingin memesan minuman rasa atau jus terkadang aku berkata dengan refleks memesan rasa sirsak dan tersadar bahwa aku memesannya hanya karena rindu mama, karena mama sangat menyukai rasa itu, akupun sering membatalkan pesanan tersebut dan menggantinya dengan rasa lain, aku menyadari setahun belakangan aku menghindari segala minuman rasa sirsak. Kesedihan terparah adalah selama sebulan setalah mama tidak ada dan sebenarnya aku sulit mengendalikan diri, aku tetap bekerja dengan tertawa haha hihi, malamnya dipastikan aku menangis terus dan itu terulang selama sebulan lebih.
Hingga aku sampai difase menerima keadaan, bahwa yang bernyawa pasti akan pergi. Aku sadar selama kita hidup kita akan melalui fase pertemuan dan perpisahan dan itu wajar, bahkan nanti akan tiba giliran kita. Aku harap aku dan kita semua menghargai waktu yang ada bersama orang tersayang selagi mereka ada dan belajar untuk terus memahami bahwa segala yang hilang pasti akan kembali dengan wujud yang lain, nyawa mama memang tidak akan kembali tapi beliau masih hiduo bersamaku dengan wujud yang lain seperti kebaikan kebaikannya, do'a do'a yang beliau panjatkan dan keindahan lainnya.
Terimakasih, Ma.
27 April 2024
21.22 Wita.

Komentar
Posting Komentar