Harapan.


Tepat hari selasa setelah hari raya waisak sehari yang lalu, aktivitas kembali dimulai. Pagi ini aku pergi ke Print an untuk mencetak Skripsi kemudian berangkat menemani seorang teman untuk check Up ke RS Bhayangkara di Banjarmasin. Sembari menunggu no antrian kami mengobrol untuk mengusir kebosanan menunggu, kemudian setelah menunggu lama akhirnya nama temanku dipanggil, berbeda seperti biasanya aku ikut kedalam ruangan untuk melihatnya diperiksa, tetapi kali ini aku bilang kepadanya bahwa aku menunggu diruang tunggu saja, alhasil dia masuk sendirian menemui dokter didalam.

Sebenarnya aku punya tujuan terselubung mengapa aku menunggu diluar, hari itu aku ingin lebih mengamati keadaan sekitar sendiri, pemandangan yang kulihat secara berulang setiap menemaninya check up tidak berubah, Rumah Sakit itu setiap harinya dipenuhi oleh orang-orang yang ingin katakanlah 'sembuh' dari sakit yang dialaminya, didepanku terdapat ruangan dengan dikhususkan berdasarkan saraf terkait, sehingga disekitaran masing2 pintu ruangan banyak orang menunggu giliran panggil untuk diperiksa, yaa aku melihat keadaan yang sama dalam beberapa waktu, semua orang sibuk dengan perbincangannya, banyak orang berlalu lalang entah untuk berobat maupun menjenguk sanak saudara yang dirawat, yaa selayaknya aktivitas rumah sakit biasanya. Sesekali dokter atau perawat keluar dari ruangan dan mulai memanggil satu persatu pasien sesuai giliran lalu kemudian mereka dengan sigap mendatanginya dan ada beberapa yang tergopoh karena usia atau memakai kursi roda akibat kondisi yang tidak mendukung sehingga harus dibantu untuk bergerak.

Mereka semua ingin sehat, mereka yang kulihat menyimpan harapan dibenaknya, harapan untuk sembuh, harapan untuk baik-baik saja, sesekali kulirik nenek disampingku kulitnya sudah nampak keriput tangannya bertumpu pada tongkat dengan pegangan berwarna coklat yang dibawanya, sesekali bapak disampingnya mengajak mengobrol beliau dengan agak mendekatkan mulutnya ke telinga nenek tersebut, sepertinya pendengarannya sudah berkurang dan aku tersenyum nampaknya mereka sepasang. Kemudian aktivitasku berlanjut scroll media sosial walaupun sejak tadi hanya bolak-balik aplikasi WhatsApp lalu tutup lagi, padahal tak ada notif yang masuk.



Kebetulan saat itu aku duduk tepat didepan ruangan untuk pemeriksaan bagian mata. Kursi bekas temanku tadi yang awalnya kosong kemudian diisi oleh seorang ibu, yang menyapaku dengan kalimat
"Permisi mba..." untuk izin duduk disebelahku, 

aku tersenyum dibalik maskerku dan menjawab sapaan beliau dengan "nggih silakan Bu..."
Kemudian aku lanjut menyentuh layar handphoneku untuk menghalau canggung, tapi kemudian tiba-tiba Ibu tersebut kembali menyapaku, akupun mematikan handphoneku.
"Mau periksa apa kamu?"
Mungkin Ibu tersebut mengira aku adalah salah satu antrian pasien, kemudian kujawab
"ah..enggak bu, cuma menemani teman check Up, Kalau Ibu?" Tanyaku kembali

" Ibu mau kontrol mata Ibu kembali, minggu kemarin sudah operasi"
Aku sedikit terkejut mendengar jawaban Ibu tersebut karena kata Operasi, aku yang terbiasa menatap mata lawan bicara dapat melihat dengan jelas, mata beliau nampak kemerahan, namun aku tidak berlanjut untuk menanyakan jenis penyakit apa yang beliau alami, tapi aku kembali bicara

" Ibu asalnya dari mana?" Yaa aku kepo orangnya

" Ibu dari Kalteng, di Puruk Cahu, jauh, butuh waktu 10 Jam untuk kesini" Ibu itu juga menjelaskan mengapa memilih RS di BJM karena rujukan dari sananya.

Aku yang tidak pernah kesana memasang ekspresi kaget dengan jarak tempuhnya. Ya lagi- lagi, orang yang datang kesini penuh dengan harapan, semangat yang dibawa menjadi salah satu modal untuk kuat. Aku berkali kali mensyukuri saat sehatku, mahal harganya.

Obrolan kamipun mengalir, sampai beliau bercerita suami anaknya yang mengalami kecelakaan dan cukup parah sampai mobilnya ringsek sehingga masih harus di RS di Kalteng dan tidak bisa menemani beliau check up, Ibu ini menaiki pesawat bersama saudaranya untuk sampai ke BJM dan akan menginap setelah dari RS ini.

Ibu itu juga bercerita keberuntungan beliau karena penanganan yang cepat, harusnya jarak antara pemeriksaan pertama dengan jadwal operasi lama, tapi ibu ini mendapatkan pemajuan jadwal minggu lalu. "Mungkin rezeki Ibu" ucap ibu itu sambil sesekali menyematkan senyuman disela dialognya dan Aku memasang berbagai ekspresi akibat cerita ibunya yang lumayan membuatku turut sedih dan bahagia dilain sisi.

Waktu terasa berjalan cepat karena ada teman bercakap, namun, kemudian temanku keluar dari pintu ruangan THT artinya telah selesai diperiksa sehingga aku harus pamit kepada Ibu tersebut, pertemuan kami kuakhiri dengan mencium tangan Ibu tersebut, dan berakhirlah obrolan kami tanpa kami sempat berkenalan🙂.

Salah satu kebiasaan randomku adalah mengobrol dengan orang asing, hehe suka aja, kaya mengisi energi baru, entah berbagi cerita apapun itu, membawa sesuatu yang baru untukku. Habis kejadian langka kaya gini harus cepat dicatat biar gak lupa momennya.

Kuharap kita semua selalu dalam keadaan sehat fisik maupun batin, semangat untuk kita dan semua akan baik-baik saja, tapi jika yang terjadi sebaliknya, gak papa kok untuk tidak baik-baik saja karena semua akan berlalu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Us Apa Kabar?

Kehidupan Menginjak Dewasa

Nasgor Cendana.