Aku, perantauan dan SosAntro
Ini ceritaku dari tiga sudut yang membawa banyak cara pandang.
Jangan kaget sama ceritanya yang melebar kemana mana, namanya juga tulisan random dan abstrak wkwkw.
Kuy lah langsung aja.
Merantau adalah hal yang tak pernah terbayangkan olehku awalnya, aku yang notabene anak 'rumahan' wkwk berasa kaget dan tentunya mengalami homesick dan pastinya kelebayan yang bertambah.hmm
Aku merantau untuk memenuhi tanggung jawab sebagai mahasiswa disalah satu kampus di Banjarmasin yang sebenaaarnya hanya ditempuh kurang lebih 3-4 jam dari rumahku hahah tapi jujur kehidupan jauh dari orang tua membuatku kaget, semuanya harus diurus sendiri keuangan, makan, dan hal lainnya.
Jadi, aku kuliah di Universitas Lambung Mangkurat dengan mengambil program studi pendidikan sosiologi antropologi, prodi inilah yang akhirnya mengubah cara pandangku terhadap kehidupan. Apa itu sosantro, silakan cari google hahahah.
Mungkin saat SMA mata pelajaran sosiologi ini dikenal paling santuy dan lebih mengarah ke hapalan tapi setelah memasuki dunia perkuliahan semua hal baru kudapatkan, kami para mahasiswa sosantro dijejali dengan teori teori dan turun lapangan ibaratnya tuh yaa 'haram hukumnya mahasiswa sosiologi gak berteori' wadaww gue serius.
Merantau membuat ku banyak bertemu orang baru dengan berbagai latar belakang yang berbeda bahasa, dialek, gaya hidup multikultural lah pokoknya. Aku kaget melihat berbagai stratifikasi yang ada di kampus, antar fakultas itu seperti mencerminkan gaya hidup mereka mayoritas dan minoritas tergambarkan. Fakultas ilmu sosial dan ilmu politik (FISIP) yangku lalui setiap hari seperti begitu mencolok mengenai gaya hidup, pakaian dan barang yang mereka pakai menggambarkan kemewahan, mahasiswanya banyak yang menggunakan mobil kekampus, bahkan ada teman ku yang berkuliah di fakultas ini mengaku seorang hedonis wkwk eeits tidak semua hanya beberapa orang. Keadaan ini sangat kontras dengan fakultasku yaitu Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan (FKIP) dengan jumlah mahasiswa terbanyak, fakultasku lebih banyak lagi latar belakangnya, dari yang kehidupan mewah, sederhana dan lainnya, perbedaan kedua gaya hidup kedua fakultas ini pernah kujadikan bahan penelitian waktu disemester tiga kalau gak salah.
Kami yang diarahkan sebagai calon guru pastinya gaya pakaian yang harus kami pakai menyesuaikan dengan ranah kami, di mana kami diharuskan memakai rok bagi yang perempuan dan celana kain bagi laki laki serta memakai kemeja berkerah (walaupun dibeberapa prodi ada peraturan berbeda) diprodiku walaupun sudah ditetapkan aturan ini masih ada sih yang perempuannya yang memakai celana tapi dengan syarat tidak ketat hal ini tentu jauh berbeda dengan gaya pakaian anak FISIP, pakaian mereka jauh lebih beragam dan tidak mengharuskan pakai rok, itu tadi baru perbedaan mengenai gaya pakaian, banyak lagi perbedaan yang bisa dijabarkan hanya dari dua fakultas ini, yang artinya tempat seseorang berada bisa membawa pengaruh terhadap orang tersebut, ini bisa juga disebut adaptasi atau pengaruh gaya hidup. Apalagi di kampus masih ada fakultas lainnya seperti FEB, FH dan FT.
Ngomong ngomong gaya hidup, pada salah satu mata kuliah yang kami pelajari ada namanya matkul globalisasi, di mana matkul ini mengajak kita untuk lebih memperdalam bagaimana kehidupan orang-orang diberbagai belahan dunia secara lebih luas terkait dengan perubahan yang terjadi, sebagaimana yang kita tahu, jika ada sesuatu yang terus terjadi didunia ini mungkin itulah yang disebut perubahan.
Melalui matkul ini aku merasa benar benar kecil sekali, berasa selama ini sayang sekali hanya berdiam diri dirumah, banyak hal disudut dunia ini yang bisa kita eksplor dan memberikan pengetahun baru bagi kita, mungkin ini juga didukung oleh cara dosenku yang cara mengajarnya juga mengasyikkan, beliau namanya Ibu Laila, Ibu ini mengajak kami berpikir secara lebih luas dan bebas mengenai dunia dengan tetap berpegang dengan teori. Yaps teori lagi wkwk
Contoh hal yang mengesankan dari matkul globalisasi ini adalah, bagaimana akhirnya kami tahu bahwa rasis sudah lama melekat di sekitar kita, apalagi Indonesia dengan ribuan bahasa, suku, agama, budaya dan perbedaan lainnya. Sadar atau tidak kita sekarang dibelenggu oleh yang namanya standar society tentang definisi cantik atau ganteng yang dipengaruhi oleh media massa, banyak sekali iklan yang menampilkan bahwa orang cantik seolah olah harus berkulit putih dengan penyuguhan berbagai produk kecantikan yang berfungsi memutihkan kulit, sehingga pandangan masyarakat terpengaruh dan memakai standar tersebut banyak orang berbondong-bondong mempercantik kulit mereka guna mendapatkan kulit yang putih, bersih, dan tak berjerawat dilain pihak indonesia dengan keragamannya ini tidak menutup kemungkinan terjadinya konflik dengan berbagai macam jenis salah satunya konflik antar ras.
Konflik sendiri berbeda dengan persaingan, jika orang orang hanya ikut andil dalam mencerahkan kulit agar nampak lebih baik dari si A atau B mungkin ini baru disebut persaingan tapi jika sudah melebihi dari itu seperti ada penghinaan atas ras kulit lain atau sampai terjadi kekerasan itulah namanya konflik, dari konflik inilah menimbulkan banyak kerugian. Sebagaimana kita adalah rakyat Indonesia yang multikultural sudah seharusnya kita menerima perbedaan. Cantik tidak harus putih, dibelahan daerah bahkan negara lain pasti selalu ada perbedaan warna kulit, jika standar ini terus melekat di masyarakat maka tentu saja dampaknya akan buruk, orang yang memiliki ras kulit hitam bisa dianggap lebih rendah atau penghinaan bentuk lain yang dapat menimbulkan konflik berkepanjangan, padahal cantik tidak harus putih banyak orang dengan berbagai jenis warna kulit tetap cantik dan cantik itu bukankah relatif, tidak hanya dibatasi oleh fisik bisa saja orang cantik atau ganteng oleh caranya sendiri, berjerawat juga adalah hal wajar, begitu juga mengenai berat dan tinggi badan. selain itu standar society yang ada membuat istilah baru muncul dimasyarakat.
Istilah yang ku maksud pasti akhir akhir ini sering kita khususnya para pengguna media sosial dengar yaitu 'insecure' yaitu rasa rendah diri atau merasa kurang/bahkan tidak berharga dibanding orang lain (kalau salah benerin). Kata itu mulai dipakai masyarakat untuk menggambarkan keadaan mereka, hal itu tidak terlepas dari penggunaan sosmed terkhusus instagram yang menampilkan banyak sisi kehidupan orang lain sehingga diri merasa rendah dan mungkin saja kekecewaan muncul entah itu karena melihat kehidupan orang lain lebih baik, keadaan orang yang terlihat baik baik saja setiap hari padahal kita merasa kehidupan kita selama ini berasa penuh terjal dan ini juga terkait rasis tadi yang membawa stereotip di masyarakat. Inilah yang disebut dramaturgi (teori Goffman), apa yang ditampilkan orang di front stage bisa berbeda dengan back stage serta sebaliknya. Salah satu teori favorit wkkw
Seringkali kita melihat kehidupan orang jauh beruntung dibanding kita tanpa kita mau tahu proses dibaliknya, tapi ini bisa dipandang dari berbagai sudut pandang, pertama bisa saja orang yang memposting kemewahan di media sosial karena alasan sebagai reward untuk diri sendiri, kedua bisa juga dengan alasan (maaf) ingin pamer ataaau hanya iseng entahlah hanya diri yang memposting yang tahu. Inilah tetapi yang justru menjadi masalah banyak orang merasa insecure akhirnya kepikiran dan ini tidak hanya soal kemewahan atau kecantikan/ketampanan tapi juga terkait keberhasilan pencapaian, keberuntungan, dll. Insecure ini bisa membawa dampak serius looo, bisa terus kepikiran, merasa gak berguna, putus asa, stress dan bahkaaan depresi.
Stress maupun depresi sudah menjadi momok yang menakutkan dimasyarakat, banyak kesehatan mental orang terganggu hanya karena medsos dan standar society nya. Seringkali katanya orang yang sudah depresi akan terpikir untuk bunuh diri, seperti yang kami pelajari dipandang dari sisi sosiologinya bunuh diri merupakan fakta sosial yang artinya merupakan suatu masalah atau gejala yang ada simasyarakat kalau kata bapak Durkheim nih bunuh diri ini disebabkan oleh rendahnya solidaritas dimasyarakat dan penyebabnya terkadang tidak jauh dari hal terdekatnya serta melihat dari fenomena sekarang medsos turut menjadi penyebabnya loo, seperti beberapa kasus yang pernah terjadi nah nah kan bahaya banget, kalau dari sisi psikologisnya aku gak ngerti tapi itu sedikit pandangan yang bisa kuungkapkan karena topik suicide ini agak sensitif dikesempatan lain akan kubahas.
Disini aku gak bahas juga secara mendalam mengenai rasis, apalagi kasus yang sudah terjadi karena kalian bisa search langsung diinternet.
Kembali lagi dikehidupanku selama diperantauan dan kuliah diprodi sosantro, banyak banget hal baru yang bikin aku merasa kurang piknik. Dari teori, laporan, budaya, hal gaib bahkan hal yang dianggap tabu. Kalau sudah belajar gini, aku harus mau dan bisa membuka pikiranku, banyak hal yang mungkin masih dianggap sensitif atau tabu justru dibicarakan dan dibahas secara mendalam dikehidupan baruku diperantauan ini, entah di perkuliahan maupun diluar dari itu, yaa aku gak bisa lagi menutup mata dan pikiran akan hal tersebut karena bidang ilmu yang kutekuni ini pasti bersinggungan akan hal ini,yang ku maksud salah satu contohnya tentang seks misalnya, banyak anak yang kurang mengenai pendidikan seks menurutku apalagi hanya mengandalkan kata orang, bertemunya aku dengan para orang orang hebat dikampus membuat pandangan baru akan hal tersebut, aku benar benar baru akan hal itu, lagipula bertambahnya usia tentu saja membawa pengaruh pada setiap orang. Jujur kalau diajak diskusi aku hanya bisa bingung dan berwajah cengo karena jujur aku kehidupan baruku diperantauan ini merupakan hal yang benar benar baru bagiku, karena seperti yang aku katakan diawal aku adalah orang yang hanya mengurung diri sebagai anak 'rumahan' tanpa berniat mengenal dunia luar, disaat aku masuk ke perkuliahan aku baru sadar akan kurang piknik tersebut, mau menyesal?? Sudah pernah dan sering. Alhamdulillah masih ada kesempatan untuk belajar hehe.
Kehidupanku yang dulu aku benci hal yang berbau berita wkkw tapi akhirnya menemui berbagai mata kuliah mau tidak mau memaksaku menonton berita. Kalau kalian tanya hal apa yang paling sering kulakukan jawabannya adalah menghayal, iyaa sungguh aku senang dunia fantasi wkwk yang kemudian kutuliskan dalam bentuk tulisan amburadulku, yaa selain menghayal aku juga senang mengarang bebas sebebas bebasnya. Sampai akhirnya aku menemui tugas dalam bentuk laporan yang mengharuskanku menuangkan ide sendiri. Oke ide sendiri bisa kupikirkan tapiiii itu harus dikaitkan dengan teori!! Whatt??? Aku yang mencintai kebebasan dalam segala hal termasuk menulis harus dibatasi oleh teori, akupun mulai mengeluh karena lagi lagi ini hal baru bagiku, tapi itulah akhirnya titik dimana aku harus keluar dari zona nyaman,huuuh yaa mau tidak mau seperti yang kuketik di paragraf 4 tulisan ini.
Bicara soal kebebasan, kalian tau radikal??. Sebelumnya saat aku dirumah aja yang kutau radikal selalu berkaitan dengan hal negatif sampai akhirnya menemui matkulnya filsafat ilmu yang di ampu oleh Pak Dimas. Aku baru tau kalau radikal itu artinya berpikir sampai keakar akar, agak miriplah sama berpikir kritis, dengan berpikir radikal lah kita dapat menemukan kebenaran (kalau gak salah wkwk). Fyi matkul filsafat ilmu ini paling tidak kusuka, sulit sekali untukku mencerna bahkan sampai aku berpikir dalam hati " wah ngarah ke ateis nih" wkkw serius aku mikirnya gitu, habisnyaa pembahasannya terlalu sains tapi masih bisa dikaitkan ke ranah sosial sih, kurang paham intinya. Tapi dari sinilah aku tahu filsafat itu penting karena juga bagian dari kehidupan artinya juga harus kudalami, kaya kamu, eeh🤣.
Ada satu hal yang masih kuingat sampai sekarang, waktu itu ada di satu matkul yang di ampu Pak Yusuf beberapa dari teman satu kelasku terlambat datang dan perkuliahan sudah dimulai. Kedisiplinan memang sudah diajarkan pada kami, saat temanku yang telat tadi datang, beruntung Bapaknya tidak marah, alih alih melanjutkan menjelaskan materi beliau malah berkata dengan bijaknya ' kamu belum dianggap sosiolog kalau belum memahami orang lain, kan kita ini mempelajari tentang masyarakat sudah seharusnya kita paham mengenai masyarakat itu sendiri" jadi gini maksud bapak, Pak yusuf bisa aja menyalahkan para mahasiswa yang telat ketika mereka datang, tapi kata Pak Yusuf sebagai orang yang mempelajari masyarakat, setiap orang punya alasan atas setiap tindakan, kita tidak tahu atas apa saja yang terjadi sehingga membuat temanku tsb telat datang, bisa macet, ban bocor, dan hal lainnya. Walaupun telat tidak bisa dibenarkan tetapi setidaknya disini kami diajarkan untuk memandang masalah lain dengan tidak hanya memandang satu sisi, kita tidak bisa langsung menjudge orang hanya dari pertama kita bertemu apalagi hanya dari penampilan luar, mendengar penjelasan ini aku merasa tertohok wkkw berasa salah jurusan tapi lambat laun akhirnya aku mengerti yang Pak Yusuf maksud. Banyak fenomena dimasyarakat yang tidak bisa dipandang sebelah mata dan harus melihat sisi lain, misal pada kasus pembullyan jenis yang kita lihat pasti pelaku bully yang salah dan korban bully lah yang benar, tapi dibalik itu kita tidak tahu latar belakang penyebab si pelaku melakukannya bisa karena ikut ikutan, gangguan mental, kurangnya kasih sayang, dll, tapi tetap pembulian bukanlah hal yang dapat dibenarkan. Contoh lain masih banyak lagi yang sekian berjalannya waktu mulai kutemui dan harus dipelajari.
BERSAMBUNG
Iya sampai sini aja dulu masih panjang yang mau aku ceritakan ini sudah lumayan jumlah katanya udah 10k lebih nanti dilain kesempatan aku lanjutkan, kalau ada salah kata, kurang kata atau yang perlu diperbaiki bilang aja ya. Karena ini cuma sedikit opini, ada yang bilang selagi itu opini dan bukan prinsip masih lebih mudah diubah kok😊
Sampai jumpa lagiiiiiii
#semoga pandemi segera berlalu.
Jangan kaget sama ceritanya yang melebar kemana mana, namanya juga tulisan random dan abstrak wkwkw.
Kuy lah langsung aja.
Merantau adalah hal yang tak pernah terbayangkan olehku awalnya, aku yang notabene anak 'rumahan' wkwk berasa kaget dan tentunya mengalami homesick dan pastinya kelebayan yang bertambah.hmm
Aku merantau untuk memenuhi tanggung jawab sebagai mahasiswa disalah satu kampus di Banjarmasin yang sebenaaarnya hanya ditempuh kurang lebih 3-4 jam dari rumahku hahah tapi jujur kehidupan jauh dari orang tua membuatku kaget, semuanya harus diurus sendiri keuangan, makan, dan hal lainnya.
Jadi, aku kuliah di Universitas Lambung Mangkurat dengan mengambil program studi pendidikan sosiologi antropologi, prodi inilah yang akhirnya mengubah cara pandangku terhadap kehidupan. Apa itu sosantro, silakan cari google hahahah.
Mungkin saat SMA mata pelajaran sosiologi ini dikenal paling santuy dan lebih mengarah ke hapalan tapi setelah memasuki dunia perkuliahan semua hal baru kudapatkan, kami para mahasiswa sosantro dijejali dengan teori teori dan turun lapangan ibaratnya tuh yaa 'haram hukumnya mahasiswa sosiologi gak berteori' wadaww gue serius.
Merantau membuat ku banyak bertemu orang baru dengan berbagai latar belakang yang berbeda bahasa, dialek, gaya hidup multikultural lah pokoknya. Aku kaget melihat berbagai stratifikasi yang ada di kampus, antar fakultas itu seperti mencerminkan gaya hidup mereka mayoritas dan minoritas tergambarkan. Fakultas ilmu sosial dan ilmu politik (FISIP) yangku lalui setiap hari seperti begitu mencolok mengenai gaya hidup, pakaian dan barang yang mereka pakai menggambarkan kemewahan, mahasiswanya banyak yang menggunakan mobil kekampus, bahkan ada teman ku yang berkuliah di fakultas ini mengaku seorang hedonis wkwk eeits tidak semua hanya beberapa orang. Keadaan ini sangat kontras dengan fakultasku yaitu Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan (FKIP) dengan jumlah mahasiswa terbanyak, fakultasku lebih banyak lagi latar belakangnya, dari yang kehidupan mewah, sederhana dan lainnya, perbedaan kedua gaya hidup kedua fakultas ini pernah kujadikan bahan penelitian waktu disemester tiga kalau gak salah.
Kami yang diarahkan sebagai calon guru pastinya gaya pakaian yang harus kami pakai menyesuaikan dengan ranah kami, di mana kami diharuskan memakai rok bagi yang perempuan dan celana kain bagi laki laki serta memakai kemeja berkerah (walaupun dibeberapa prodi ada peraturan berbeda) diprodiku walaupun sudah ditetapkan aturan ini masih ada sih yang perempuannya yang memakai celana tapi dengan syarat tidak ketat hal ini tentu jauh berbeda dengan gaya pakaian anak FISIP, pakaian mereka jauh lebih beragam dan tidak mengharuskan pakai rok, itu tadi baru perbedaan mengenai gaya pakaian, banyak lagi perbedaan yang bisa dijabarkan hanya dari dua fakultas ini, yang artinya tempat seseorang berada bisa membawa pengaruh terhadap orang tersebut, ini bisa juga disebut adaptasi atau pengaruh gaya hidup. Apalagi di kampus masih ada fakultas lainnya seperti FEB, FH dan FT.
Ngomong ngomong gaya hidup, pada salah satu mata kuliah yang kami pelajari ada namanya matkul globalisasi, di mana matkul ini mengajak kita untuk lebih memperdalam bagaimana kehidupan orang-orang diberbagai belahan dunia secara lebih luas terkait dengan perubahan yang terjadi, sebagaimana yang kita tahu, jika ada sesuatu yang terus terjadi didunia ini mungkin itulah yang disebut perubahan.
Melalui matkul ini aku merasa benar benar kecil sekali, berasa selama ini sayang sekali hanya berdiam diri dirumah, banyak hal disudut dunia ini yang bisa kita eksplor dan memberikan pengetahun baru bagi kita, mungkin ini juga didukung oleh cara dosenku yang cara mengajarnya juga mengasyikkan, beliau namanya Ibu Laila, Ibu ini mengajak kami berpikir secara lebih luas dan bebas mengenai dunia dengan tetap berpegang dengan teori. Yaps teori lagi wkwk
Contoh hal yang mengesankan dari matkul globalisasi ini adalah, bagaimana akhirnya kami tahu bahwa rasis sudah lama melekat di sekitar kita, apalagi Indonesia dengan ribuan bahasa, suku, agama, budaya dan perbedaan lainnya. Sadar atau tidak kita sekarang dibelenggu oleh yang namanya standar society tentang definisi cantik atau ganteng yang dipengaruhi oleh media massa, banyak sekali iklan yang menampilkan bahwa orang cantik seolah olah harus berkulit putih dengan penyuguhan berbagai produk kecantikan yang berfungsi memutihkan kulit, sehingga pandangan masyarakat terpengaruh dan memakai standar tersebut banyak orang berbondong-bondong mempercantik kulit mereka guna mendapatkan kulit yang putih, bersih, dan tak berjerawat dilain pihak indonesia dengan keragamannya ini tidak menutup kemungkinan terjadinya konflik dengan berbagai macam jenis salah satunya konflik antar ras.
Konflik sendiri berbeda dengan persaingan, jika orang orang hanya ikut andil dalam mencerahkan kulit agar nampak lebih baik dari si A atau B mungkin ini baru disebut persaingan tapi jika sudah melebihi dari itu seperti ada penghinaan atas ras kulit lain atau sampai terjadi kekerasan itulah namanya konflik, dari konflik inilah menimbulkan banyak kerugian. Sebagaimana kita adalah rakyat Indonesia yang multikultural sudah seharusnya kita menerima perbedaan. Cantik tidak harus putih, dibelahan daerah bahkan negara lain pasti selalu ada perbedaan warna kulit, jika standar ini terus melekat di masyarakat maka tentu saja dampaknya akan buruk, orang yang memiliki ras kulit hitam bisa dianggap lebih rendah atau penghinaan bentuk lain yang dapat menimbulkan konflik berkepanjangan, padahal cantik tidak harus putih banyak orang dengan berbagai jenis warna kulit tetap cantik dan cantik itu bukankah relatif, tidak hanya dibatasi oleh fisik bisa saja orang cantik atau ganteng oleh caranya sendiri, berjerawat juga adalah hal wajar, begitu juga mengenai berat dan tinggi badan. selain itu standar society yang ada membuat istilah baru muncul dimasyarakat.
Istilah yang ku maksud pasti akhir akhir ini sering kita khususnya para pengguna media sosial dengar yaitu 'insecure' yaitu rasa rendah diri atau merasa kurang/bahkan tidak berharga dibanding orang lain (kalau salah benerin). Kata itu mulai dipakai masyarakat untuk menggambarkan keadaan mereka, hal itu tidak terlepas dari penggunaan sosmed terkhusus instagram yang menampilkan banyak sisi kehidupan orang lain sehingga diri merasa rendah dan mungkin saja kekecewaan muncul entah itu karena melihat kehidupan orang lain lebih baik, keadaan orang yang terlihat baik baik saja setiap hari padahal kita merasa kehidupan kita selama ini berasa penuh terjal dan ini juga terkait rasis tadi yang membawa stereotip di masyarakat. Inilah yang disebut dramaturgi (teori Goffman), apa yang ditampilkan orang di front stage bisa berbeda dengan back stage serta sebaliknya. Salah satu teori favorit wkkw
Seringkali kita melihat kehidupan orang jauh beruntung dibanding kita tanpa kita mau tahu proses dibaliknya, tapi ini bisa dipandang dari berbagai sudut pandang, pertama bisa saja orang yang memposting kemewahan di media sosial karena alasan sebagai reward untuk diri sendiri, kedua bisa juga dengan alasan (maaf) ingin pamer ataaau hanya iseng entahlah hanya diri yang memposting yang tahu. Inilah tetapi yang justru menjadi masalah banyak orang merasa insecure akhirnya kepikiran dan ini tidak hanya soal kemewahan atau kecantikan/ketampanan tapi juga terkait keberhasilan pencapaian, keberuntungan, dll. Insecure ini bisa membawa dampak serius looo, bisa terus kepikiran, merasa gak berguna, putus asa, stress dan bahkaaan depresi.
Stress maupun depresi sudah menjadi momok yang menakutkan dimasyarakat, banyak kesehatan mental orang terganggu hanya karena medsos dan standar society nya. Seringkali katanya orang yang sudah depresi akan terpikir untuk bunuh diri, seperti yang kami pelajari dipandang dari sisi sosiologinya bunuh diri merupakan fakta sosial yang artinya merupakan suatu masalah atau gejala yang ada simasyarakat kalau kata bapak Durkheim nih bunuh diri ini disebabkan oleh rendahnya solidaritas dimasyarakat dan penyebabnya terkadang tidak jauh dari hal terdekatnya serta melihat dari fenomena sekarang medsos turut menjadi penyebabnya loo, seperti beberapa kasus yang pernah terjadi nah nah kan bahaya banget, kalau dari sisi psikologisnya aku gak ngerti tapi itu sedikit pandangan yang bisa kuungkapkan karena topik suicide ini agak sensitif dikesempatan lain akan kubahas.
Disini aku gak bahas juga secara mendalam mengenai rasis, apalagi kasus yang sudah terjadi karena kalian bisa search langsung diinternet.
Kembali lagi dikehidupanku selama diperantauan dan kuliah diprodi sosantro, banyak banget hal baru yang bikin aku merasa kurang piknik. Dari teori, laporan, budaya, hal gaib bahkan hal yang dianggap tabu. Kalau sudah belajar gini, aku harus mau dan bisa membuka pikiranku, banyak hal yang mungkin masih dianggap sensitif atau tabu justru dibicarakan dan dibahas secara mendalam dikehidupan baruku diperantauan ini, entah di perkuliahan maupun diluar dari itu, yaa aku gak bisa lagi menutup mata dan pikiran akan hal tersebut karena bidang ilmu yang kutekuni ini pasti bersinggungan akan hal ini,yang ku maksud salah satu contohnya tentang seks misalnya, banyak anak yang kurang mengenai pendidikan seks menurutku apalagi hanya mengandalkan kata orang, bertemunya aku dengan para orang orang hebat dikampus membuat pandangan baru akan hal tersebut, aku benar benar baru akan hal itu, lagipula bertambahnya usia tentu saja membawa pengaruh pada setiap orang. Jujur kalau diajak diskusi aku hanya bisa bingung dan berwajah cengo karena jujur aku kehidupan baruku diperantauan ini merupakan hal yang benar benar baru bagiku, karena seperti yang aku katakan diawal aku adalah orang yang hanya mengurung diri sebagai anak 'rumahan' tanpa berniat mengenal dunia luar, disaat aku masuk ke perkuliahan aku baru sadar akan kurang piknik tersebut, mau menyesal?? Sudah pernah dan sering. Alhamdulillah masih ada kesempatan untuk belajar hehe.
Kehidupanku yang dulu aku benci hal yang berbau berita wkkw tapi akhirnya menemui berbagai mata kuliah mau tidak mau memaksaku menonton berita. Kalau kalian tanya hal apa yang paling sering kulakukan jawabannya adalah menghayal, iyaa sungguh aku senang dunia fantasi wkwk yang kemudian kutuliskan dalam bentuk tulisan amburadulku, yaa selain menghayal aku juga senang mengarang bebas sebebas bebasnya. Sampai akhirnya aku menemui tugas dalam bentuk laporan yang mengharuskanku menuangkan ide sendiri. Oke ide sendiri bisa kupikirkan tapiiii itu harus dikaitkan dengan teori!! Whatt??? Aku yang mencintai kebebasan dalam segala hal termasuk menulis harus dibatasi oleh teori, akupun mulai mengeluh karena lagi lagi ini hal baru bagiku, tapi itulah akhirnya titik dimana aku harus keluar dari zona nyaman,huuuh yaa mau tidak mau seperti yang kuketik di paragraf 4 tulisan ini.
Bicara soal kebebasan, kalian tau radikal??. Sebelumnya saat aku dirumah aja yang kutau radikal selalu berkaitan dengan hal negatif sampai akhirnya menemui matkulnya filsafat ilmu yang di ampu oleh Pak Dimas. Aku baru tau kalau radikal itu artinya berpikir sampai keakar akar, agak miriplah sama berpikir kritis, dengan berpikir radikal lah kita dapat menemukan kebenaran (kalau gak salah wkwk). Fyi matkul filsafat ilmu ini paling tidak kusuka, sulit sekali untukku mencerna bahkan sampai aku berpikir dalam hati " wah ngarah ke ateis nih" wkkw serius aku mikirnya gitu, habisnyaa pembahasannya terlalu sains tapi masih bisa dikaitkan ke ranah sosial sih, kurang paham intinya. Tapi dari sinilah aku tahu filsafat itu penting karena juga bagian dari kehidupan artinya juga harus kudalami, kaya kamu, eeh🤣.
Ada satu hal yang masih kuingat sampai sekarang, waktu itu ada di satu matkul yang di ampu Pak Yusuf beberapa dari teman satu kelasku terlambat datang dan perkuliahan sudah dimulai. Kedisiplinan memang sudah diajarkan pada kami, saat temanku yang telat tadi datang, beruntung Bapaknya tidak marah, alih alih melanjutkan menjelaskan materi beliau malah berkata dengan bijaknya ' kamu belum dianggap sosiolog kalau belum memahami orang lain, kan kita ini mempelajari tentang masyarakat sudah seharusnya kita paham mengenai masyarakat itu sendiri" jadi gini maksud bapak, Pak yusuf bisa aja menyalahkan para mahasiswa yang telat ketika mereka datang, tapi kata Pak Yusuf sebagai orang yang mempelajari masyarakat, setiap orang punya alasan atas setiap tindakan, kita tidak tahu atas apa saja yang terjadi sehingga membuat temanku tsb telat datang, bisa macet, ban bocor, dan hal lainnya. Walaupun telat tidak bisa dibenarkan tetapi setidaknya disini kami diajarkan untuk memandang masalah lain dengan tidak hanya memandang satu sisi, kita tidak bisa langsung menjudge orang hanya dari pertama kita bertemu apalagi hanya dari penampilan luar, mendengar penjelasan ini aku merasa tertohok wkkw berasa salah jurusan tapi lambat laun akhirnya aku mengerti yang Pak Yusuf maksud. Banyak fenomena dimasyarakat yang tidak bisa dipandang sebelah mata dan harus melihat sisi lain, misal pada kasus pembullyan jenis yang kita lihat pasti pelaku bully yang salah dan korban bully lah yang benar, tapi dibalik itu kita tidak tahu latar belakang penyebab si pelaku melakukannya bisa karena ikut ikutan, gangguan mental, kurangnya kasih sayang, dll, tapi tetap pembulian bukanlah hal yang dapat dibenarkan. Contoh lain masih banyak lagi yang sekian berjalannya waktu mulai kutemui dan harus dipelajari.
BERSAMBUNG
Iya sampai sini aja dulu masih panjang yang mau aku ceritakan ini sudah lumayan jumlah katanya udah 10k lebih nanti dilain kesempatan aku lanjutkan, kalau ada salah kata, kurang kata atau yang perlu diperbaiki bilang aja ya. Karena ini cuma sedikit opini, ada yang bilang selagi itu opini dan bukan prinsip masih lebih mudah diubah kok😊
Sampai jumpa lagiiiiiii
#semoga pandemi segera berlalu.

Komentar
Posting Komentar